Il est vrai que F. Weber n'avait pa

Il est vrai que F. Weber n'avait pas son pareil pour «croquer» en quelques mots les manies de ses visiteurs et les péripéties de leurs voyages, et j'ai pu rencontrer chez lui les personnages les plus singuliers. Surtout me revient en mémoire le nom de l'un de ses meilleurs amis, le Commandant Charbonnier. Natif de Lorient et alors âgé d'environ soixante-cinq ans, il tournait depuis quelque vingt années dans l'archipel, assurant le transport des matières premières et bois des îles aux commandes d'un vieux navire chinois battant pavillon de Singapour, le «Cherry Jaya», menaçant toujours de faire naufrage tant il était vétusté. Chacune des escales de M. Charbonnier à Makassar était, grâce aux provisions qu'il n'omettait jamais d'apporter, l'occasion de véritables festins en la compagnie des deux vieux amis, et j'avoue que je ne cachais pas mon plaisir à l'écoute des souvenirs que ces rencontres ne manquaient jamais de provoquer.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Memang benar bahwa F. Weber itu tidak seperti "kunyah" sebentar Manias pengunjung dan petualangan perjalanan mereka, dan saya bisa bertemu dengan Jahweh yang paling unik karakter. Terutama aku kembali ke memori nama salah satu teman baiknya, Komandan Collier. Berasal dari Lorient dan kemudian sekitar enam puluh lima tahun, ia berbalik untuk sekitar dua puluh tahun di Kepulauan, memastikan transportasi bahan baku dan kayu dari Kepulauan di kontrol kapal Cina lama terbang bendera Singapura, «Cherry Jaya», mengancam selalu untuk menghancurkan itu kedua bobrok. Setiap dari perhentian Mr Charbonnier di Makassar adalah melalui ketentuan-ketentuan yang tidak pernah gagal untuk membuat kesempatan memperlakukan nyata di perusahaan dua teman-teman lama, dan aku mengakui aku tidak menyembunyikan kesenangan saya untuk mendengarkan kenangan bahwa pertemuan ini tidak pernah kurang penyebab.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Memang benar bahwa Weber tidak sama "krisis" dalam beberapa kata mode bagi pengunjung kami dan perubahan-perubahan perjalanan mereka, dan saya bertemu dengan dia karakter yang paling tunggal. Terutama datang ke pikiran nama salah satu teman terbaiknya, Komandan Charbonnier. Berasal dari Lorient dan kemudian sekitar enam puluh lima, ia berbalik dua puluh tahun di Nusantara, menyediakan transportasi bahan baku dan hutan dari pulau-pulau di kontrol dari sebuah kapal Cina kuno mengibarkan bendera Singapura, " cherry Jaya, "selalu mengancam untuk menghancurkan seperti yang bobrok. Setiap berhenti Mr. Charbonnier di Makassar adalah karena ketentuan bahwa ia tidak pernah dihilangkan untuk memberikan kesempatan pesta di perusahaan teman-teman lama, dan saya mengakui bahwa saya tidak menyembunyikan kesenangan saya mendengarkan kenangan bahwa pertemuan-pertemuan ini tidak pernah gagal untuk memprovokasi.