IIIYvette aussi ne dormait point. C

III
Yvette aussi ne dormait point. Comme sa mère, elle
s’accouda à la fenêtre ouverte, et des larmes, ses premières larmes
tristes, lui emplirent les yeux.
Jusque-là elle avait vécu, elle avait grandi dans cette
confiance étourdie et sereine de la jeunesse heureuse. Pourquoi
aurait-elle songé, réfléchi, cherché ? Pourquoi n’aurait-elle pas
été une jeune fille comme toutes les jeunes filles ? Pourquoi un
doute, pourquoi une crainte, pourquoi des soupçons pénibles lui
seraient-ils venus ?
Elle semblait instruite de tout parce qu’elle avait l’air de
parler de tout, parce qu’elle avait pris le ton, l’allure, les mots
osés des gens qui vivaient autour d’elle. Mais elle n’en savait
guère plus qu’une fillette élevée en un couvent, ses audaces de
parole venant de sa mémoire, de cette faculté d’imitation et
d’assimilation qu’ont les femmes, et non d’une pensée instruite
et devenue hardie.
Elle parlait de l’amour comme le fils d’un peintre ou d’un
musicien parlerait peinture ou musique à dix ou douze ans. Elle
savait ou plutôt elle soupçonnait bien quel genre de mystère
cachait ce mot – trop de plaisanteries avaient été chuchotées
devant elle pour que son innocence n’eût pas été un peu éclairée

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

IIIYvette juga tidur titik. Seperti ibunya, diaaccouda untuk jendela yang terbuka, dan air mata, air mata pertamasedih, dia mengisi mata.Sampai saat itu dia tinggal, ia dibesarkan di inikeyakinan pusing dan tenang pemuda bahagia. MengapaDia menyangka, berpikir, mencari? Mengapa itu bukanbagaikan seorang gadis semua gadis muda? Mengapadiragukan lagi, mengapa takut menyakitkan kecurigaan iniakan mereka datang dari?Dia tampak berpendidikan dari semua karena dia punya udaraberbicara tentang apa pun, karena dia telah mengambil nada, kecepatan, kata-kataKurang ajar orang yang hidup di sekitarnya. Tapi dia tahusedikit lebih dari seorang gadis yang dibesarkan di sebuah biara, dengan keberanianberbicara dari ingatannya tentang Fakultas imitasi danasimilasi perempuan, dan tidak berpendidikan berpikirdan menjadi berani.Dia berbicara tentang cinta sebagai anak seorang pelukis ataumusisi berbicara lukisan atau musik untuk sepuluh atau dua belas tahun. Ituatau lebih tepatnya tahu dia dicurigai juga apa jenis misterimenyembunyikan Firman - terlalu banyak lelucon telah berbisiksebelum dia sehingga dirinya tidak bersalah sudah pasti tidak sedikit menyalakan

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

III
Yvette juga tidak tertidur. Seperti ibunya, ia
bersandar pada jendela yang terbuka, dan air mata, air mata pertamanya
sedih, penuh matanya.
Sampai saat itu ia tinggal, ia dibesarkan dalam
keyakinan pusing dan tenang pemuda bahagia. Mengapa
dia akan berpikir, merenung, mencari? Mengapa dia tidak
menjadi gadis seperti semua gadis? Mengapa
ragu, mengapa takut, mengapa menyakitkan kecurigaan
akan mereka datang?
Dia tampak berpendidikan semua karena tampaknya
berbicara tentang apa pun, karena dia mengambil nada, kecepatan, yang Kata-kata
berani orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Tapi ia tahu
sedikit lebih dari seorang gadis yang tinggi di biara, berani nya
kata dari memori, fakultas ini imitasi dan
asimilasi bahwa perempuan, bukan dari pikiran berpendidikan
dan menjadi berani.
Dia berbicara tentang cinta sebagai anak seorang pelukis atau
musisi atau musik berbicara cat sepuluh atau dua belas tahun. Dia
tahu dia dicurigai atau cukup baik apa misteri
menyembunyikan kata ini - terlalu banyak lelucon yang berbisik
kepadanya sehingga dia tidak bersalah tidak akan menjadi sedikit tercerahkan