Un second éclair, fendant le ciel e

Un second éclair, fendant le ciel en deux, fit surgir pendant
une seconde tout ce paysage qu’elle connaissait, dans une clarté
violente et sinistre ; et elle aperçut la grande rivière, couleur de
plomb fondu, comme on rêve des fleuves en des pays fantastiques.
Aussitôt une voix, au-dessous d’elle, prononça : « Je
t’aime ! »
Et elle n’entendit plus rien. Un étrange frisson lui avait
passé sur le corps, et son esprit flottait dans un trouble affreux.
Un silence pesant, infini, qui semblait le silence éternel,
planait sur le monde. Elle ne pouvait plus respirer, la poitrine
oppressée par quelque chose d’inconnu et d’horrible. Un autre
éclair enflamma l’espace, illumina un instant l’horizon, puis un
autre presque aussitôt le suivit, puis d’autres encore.
Et la voix qu’elle avait entendue déjà, s’élevant plus forte,
répétait : « Oh ! comme je t’aime ! comme je t’aime ! » et Yvette
la reconnaissait bien, cette voix-là, celle de sa mère.
Une large goutte d’eau tiède lui tomba sur le front, et une
petite agitation presque imperceptible courut dans les feuilles,
le frémissement de la pluie qui commence.
Puis, une rumeur accourut venue de loin, une rumeur
confuse, pareille au bruit du vent dans les branches ; c’était
l’averse lourde s’abattant en nappe sur la terre, sur le fleuve, sur
les arbres. En quelques instants, l’eau ruissela autour d’elle, la
couvrant, l’éclaboussant, la pénétrant comme un bain. Elle ne
remuait point, songeant seulement à ce qu’on faisait sur la terrasse.

Elle les entendit qui se levaient et qui montaient dans leurs
chambres. Des portes se fermèrent à l’intérieur de la maison ; et
la jeune fille, obéissant à un désir de savoir irrésistible, qui
l’affolait et la torturait, se jeta dans l’escalier, ouvrit doucement

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Flash kedua, melesat di langit dalam dua, menurut timbul selamakedua lanskap segala sesuatu yang ia tahu, dalam kejelasankekerasan dan jahat; dan ia melihat sungai besar, warnamenyebabkan meleleh, seperti yang kita bermimpi sungai-sungai di negara-negara yang fantastis.Segera suara di bawah ini, diucapkan: 'Aku'.Sayang kamu! »Dan dia mendengar lebih apa-apa. Sensasi yang aneh iamasa lalu di pikiran dan tubuh mengambang di gangguan yang mengerikan.Beratnya, tanpa batas, keheningan yang tampak kekal keheningan,tergantung di atas dunia. Dia tidak lagi bisa bernapas, dadatertindas oleh sesuatu yang tidak diketahui dan mengerikan. LainFlash dibakar ruang, illumina sejenak cakrawala, makaLain segera mengikuti dia, lalu orang lain masih.Dan suara yang dia dengar sudah, naik lebih tinggi.diulang: «Oh!» seperti saya mencintaimu! seperti saya mencintaimu! "dan YvetteYah, mengenali suara itu, yang induknya.Setetes air yang besar jatuh padanya pada dahinya, danberlari kecil hampir tak terlihat agitasi di daun,gemeresik hujan yang dimulai.Kemudian desas-desus berlari datang dari afar, desas-desusbingung, mirip dengan kebisingan angin di cabang-cabang; ItuHujan berat jatuh di air di bumi, di sungai, dipohon. Dalam beberapa saat, ruissela air di sekitarnya,meliputi, percikan, tajam sebagai bath. Dia.diaduk, berpikir hanya tentang apa itu di teras.Ia mendengar bahwa mawar dan yang naik di merekaKamar-kamar. Pintu tertutup di dalam rumah. dangadis, taat kepada keinginan untuk tahu tak tertahankan, yangItu frustrasi disiksa dan melemparkan dirinya ke bawah tangga, dibuka perlahan-lahan

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Sebuah petir kedua membelah langit dalam dua, apakah timbul selama
satu detik, sementara lanskap dia tahu, di jelas
kekerasan dan seram; dan ia melihat sungai besar, warna
timah cair, seperti yang kita bermimpi sungai negara yang fantastis.
Segera suara di bawahnya, mengatakan: "Saya
suka Anda! "
Dan ia mendengar apa-apa lagi. Sebuah sensasi aneh dia telah
meninggal pada tubuh dan pikiran melayang dalam kondisi mengerikan.
Keheningan berat, tak terbatas, yang tampaknya diam kekal
menggantung di atas dunia. Dia tidak bisa bernapas, dada
tertindas oleh sesuatu yang tidak diketahui dan mengerikan. Lain
kilat menyala ruang, menyalakan sejenak cakrawala, maka
yang lain segera mengikutinya, dan banyak lagi.
Dan suara yang didengarnya sebelumnya, sebesar kuat,
berulang: "Oh! seperti aku mencintaimu! seperti aku mencintaimu! "Yvette dan
diakui dengan baik, suara itu, yang ibunya.
Setetes besar air hangat jatuh di dahinya dan
kecil, agitasi nyaris tak terlihat berlari di daun,
gemerisik hujan dimulai.
Kemudian rumor datang dari jauh berlari rumor
bingung, seperti suara angin di cabang-cabang; itu
hujan deras turun mengguyur tanah taplak meja, sungai,
pohon-pohon. Dalam beberapa saat, air mengalir di sekelilingnya, yang
meliputi, percikan, menembus seperti mandi. Dia
pindah titik, hanya memikirkan apa yang kami lakukan di teras. Dia mendengar bahwa mawar dan bangkit di mereka kamar. Pintu ditutup di dalam rumah; dan gadis, mematuhi keinginan tak tertahankan untuk mengetahui, yang gila dan disiksa, melemparkan dirinya di tangga, dibuka lembut